DIRIKU I

Memori

(MGMS/81715570/2017)

Masih di sore yang sama, tidak jauh dari mall itu terlihat seseorang mengenakan setelan agak rapi. Dia memakai atasan semacam jas hitam yang agak panjang, celana hitam panjang, serta sepatu kantoran. Jika kalian tau baju Sherlock homes, mirip seperti itu. Wajahnya kurang begitu jelas karena tertutupi bayangan benda disekitarnya.

Tepat sebelum Ashrahi melompat dari gedung, pria misterius ini berlari mendekati. Ketika Ashrahi hampir menyentuh tanah, pria ini melemparkan sebuah alat. Bentuknya seperti bunga yang mekar, yang lebih ke arah polygon. Benda itu melayang di udara dan menyentuh tubuh Ashrahi. Seketika benda itu menyinari sekitarnya seperti flashbang, yang berlaku untuk radius tertentu. Namun tidak seperti flashbang umumnya, yang hanya mempengaruhi orang yang melihatnya. Cahaya itu hilang beberapa saat kemudian, bersamaan dengan Ashrahi dan pria misterius itu.

Suatu sore yang agak mendung, ada seseorang yang berdiri di puncak sebuah mall. Dia masih remaja, memakai baju batik sekolahnya. Rambutnya sedikit berantakan dan ia memakai kacamata berukuran sedang. 

“A”, itulah namanya. Dia memandang ke langit yang sedikit mendung. Kemudian, memperhatikan pintu yang ada di sebrangnya. Nampaknya anak itu menunggu sesuatu. 

Dia telah menyiapkan sesuatu di sebelahnya. Benda itu berwarna hitam. 

Di sisi lain, sekumpulan perempuan remaja berada di sebuah lift; menuju atap gedung. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah berfoto-foto; suatu hal yang sering dilakukan siapapun. Entah apa yang menarik dari tempat tersebut.

oOo

Akhirnya, mereka sampai di atas gedung. A melihat mereka dan tersenyum tipis. Lalu dia naik ke bagian samping gedung (tembok pembatas). Para gadis tersebut merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh Ashrahi. A pun menjatuhkan dirinya dari gedung. Refleks, para gadis itu berlari menuju ke arahnya. Beberapa dari mereka bahkan berteriak histeris. 

Namun ada sesuatu yang janggal. Mereka tidak menemukan jasat A maupun mendengar suara jatuhnya. Yang mereka lihat hanyalah debu berwarna-warni menyerupai pixel pada layar monitor.

Kemudian, mereka menemukan sebuah kamera berwarna hitam di dekat sana. Salah satu dari mereka (Fadillah) berkata, “Haruskah kita laporkan ini?”

“Lapor kemana?” tanya temannya, Diah.

“Ya ke polisi, lah” jawab Fadillah dengan sedikit tertawa, melihat keluguan Diah.

Temannya yang lain pun ikut tertawa. Salah satu dari mereka (Mahri) melihat sekitar dan berkata, “Bentar, kita ini ngga ada bukti, paling cuma kamera....”

Dengan cepat Rena memotong pembicaraan, “Iya tuh!! Lagian ngapain kita cari masalah, pake polisi-polisi segala?”

Dengan suara pelan dan wajah yang cemas, Fadhillah menjawab, “Iya juga sih.”

“REN!!” kata Mahri kesal. “Kalau ada orang ngomong, jangan dipotong!! Aku belum selesai ngomong.”

Rena pun kaget melihat Mahri melotot. “Iya iya, lanjutin,” Rena berkata pelan

“Jadi gimana kalau kita melihat video yang ada di karena ini dulu? Kalau sekiranya enggak nemuin apa-apa, kita biarkan saja hal ini,” kata Rena. “Ngomong-ngomong, aku kayak pernah tau orang tadi.”

Dengan wajah polos Diah bertanya, “Trus, Kameranya diapain?”

“Ya ditonton lah, mau diapakan lagi?” jawab gadis yang lainnya, Adel.

“Bukan itu maksudku!!” jawab Diah kesal. Dia menggembungkan pipinya. “Habis dilihat videonya, kameranya diapain?”

“Ya dibiarin aja, Di. Kalau diambil, namanya ghasap,” jawab Dila.

“Wah, Umik berkata nih,’ kata Adel, dengan wajah memuji. 

Mahri pun melepaskan kamera tersebut dari tripodnya. Kemudian ia melihat video yang ada. Kamera mulai menampilkan beberapa rekaman. Tertulis disana DSC_011. Video pun mulai berjalan dan mereka semua memperhatikan.

oOo

Dalam video tersebut nampak A sedang berdiri di atap gedung. Kala itu, hari masih pagi. “Oh, ya. Halo!” sapa A.

Mendengar suara itu, spontan Mahri berkomentar, “Eh, ini kan Ashrahi.” 

Fadillah ikut menimpali, “Wah, iya. Ini Ashrahi.” 

Sementara itu Rena dengan ekspresi bingung, bertanya, “Siapa sih Ashrahi itu?”

Semua melihat ke arah Rena dengan wajah datar. 

“Lho, ada apa?” Rena semakin bingung. 

“Hadeuh. Duro pelupa ternyata” komentar Adel. 

“Heee. Emang dia siapa sih?” Rena (Duro) bertanya lagi.

“Dia itu, eee… Anak yang sekelas sama kita pas SMP dulu,” jawab Diah.

“Ooooh dia. Yang aneh-aneh itu, ya,” Rena mulai ingat.

“Aneh-aneh?” Adel berkomentar.

“Iyolah, aneh-aneh. Inget a pas dulu dia neriaki Fadillah dengan……”

Perkataannya diputus oleh Mahri, “Jangan malah cerita!!! Kalau itu beneran Ashrahi, berarti dia bunuh diri barusan?!!!!”

Suasana hening sejenak. Beberapa saat kemudian Dila berkata “Iyo i, Duro. Ngibah orang itu ga baik."

“Udah-udah, tak lanjutin, ya, video-nya,” kata Mahri.

Video kembali diputar. A melanjutkan omongannya, “Aku tau kalian akan ke sini. Maka dari itu, aku merekam ini di sini, sebelum aku pergi."

“Kok dia tau” kata Adel. Tidak ada yang menjawab pertanyaan spontan Adel Itu. Seakan-akan wajah mereka berkata “Sssst diam dan lihat!!!!” Adel pun diam dan video tetap berjalan.

A terdiam sebentar dan mulai berkata lagi, “Mungkin kalian bertanya kenapa aku bisa tau. Jawabannya mudah, itu karena story insta salah satu dari kalian.” Para gadis itu melirik satu sama lain. Namun, sebelum mereka saling berkomentar, A sudah menjawab. “Sudah-sudah, jangan saling melirik atau menyalahkan.” A tertawa kecil dan melanjutkan perkataannya, “aku sudah memperkirakan reaksi kalian, jadi jangan bingung.

Ok lanjut.  Hm... mulai dari mana ya? Oh ya. Gini, kalian masih ingat kan dulu aku pernah melakukan hal-hal aneh kepada kalian? Tidak kalian semua sih, hanya sebagian dari kalian. Dan ingat ngga dulu aku pernah koleksi? Yah semua hal yang kulakukan itu menggangguku sampai sekarang.

Semua kesalahanku menghantuiku. Aku terbayang-bayang semua hal yang telah kulakukan. Ditambah lagi aku selalu bertemu salah satu dari kalian di mimpiku. Seakan-akan ada hal harus kulakukan. Jadi hari ini, kuputuskan untuk ke sini. Memperkirakan apa yang akan kalian bicarakan. Dan berharap kalian benar-benar ke sini.

Sekarang aku sudah pergi, ke dunia yang tidak akan pernah kalian tau. Duniaku sendiri, dimana aku tidak akan mengganggu siapa pun, dan melakukan hal yang kuinginkan semauku. Terserah kalian mau bilang aku mati. Tapi aku tidak mati, tepatnya lebih parah daripada itu. Aku lenyap. Kalian tidak akan menemukan semua yang berhubungan denganku. Social media, rumah, dan apa pun itu mulai besok. Aku melakukan ini agar tidak ada yang terganggu lagi dengan keberadaanku. Dan aku ingin melarikan diri dari semua kesalahan yang telah aku buat.” A menundukan kepala dan duduk di atas pembatas itu.

Setelah agak lama terdiam, A melanjutkan, “Di, Fad, maaf. Selama ini aku telah mengganggu kalian. Terutama kau Fad, tidak seharusnya aku meneriakimu. Dan dulu, sekitar 28 Oktober 2017, aku memarahimu tanpa alasan. Padahal kau Cuma bercanda. Sehari sebelumnya pun, kau bertanya kepada tentang sesuatu dengan ramah. Belum lagi masalah saat bulan Juni 2017 lalu. Terlalu banyak masalah yang kubuat.”

A mengangkat kepalanya dan menatap kamera dengan tatapan pilu. Ia menlanjutkan, “Dan kau, Di. Aku mungkin memang sudah gila. Mengambil fotomu, mengingkari janji dan semacamnya. Aku masih mengingat saat kau mengetahui semuanya. Kala itu Bulan Juli, tepatnya pada tanggal 28. Entah mengapa tanggalnya sama dengan kejadian Fad. Hanya orang egois yang memarahi orang lain tanpa alasan. Padahal waktu itu kamu tidak salah apa-apa. Tapi…….” A menundukan kepalanya lagi, suaranya mulai serak.

“Tapi, kau baik sekali!! Meski aku sudah melukaimu, kamu tetap ramah dan tidak memblokirku. Dan juga kamu masih mau menjawab pertanyaanku. Kamu juga tetap terlihat bahagia di depan orang banyak

Tapi, Di. Kuyakin temanmu Fad itu merasakan luka yang lebih besar, yang disebabkan olehku. Setidaknya dia membenciku. Karena aku lebih banyak terbayang-bayang kesalahan yang kulakukan kepada Fad, daripada kesalahanku padamu.

Oh, ya. Aku hampir lupa. Aku punya pesan untuk kalian semua; Manusia itu mudah sekali berubah. Bukan berarti plin-plan atau labil. Tapi lebih ke pendirian mereka. Kalian ingat saat aku pertama kali berada di SMP? Aku adalah anak pendiam yang cengeng. Tapi Lihatlah sekarang, apa yang telah kulakukan dan kukatakan? Mudah sekali berubah. Lalu apa hubungannya dengan kalian? Begini, Aku mengamati kalian saat masih awal kenaikan kelas. Kalian masih terlihat kompak dan sering berkumpul. Namun saat akhir 2017 masing masing dari kalian lebih sering bersama teman baru kalian. Dan pada awal 2018 juga begitu. Pada 2019 aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Karena kalian kumpul sudah mulai jarang. Kumpul yang kumaksud ini adalah kalian semua. Bukan hanya sebagian, misal Diah dan Mahri. Sikap kalian juga mulai berubah. Intinya walaupun kalian sudah jarang bertemu atau kalian ada teman lain, Jangan biarkan persahabatan itu memudar dan akhirnya hancur.” A pun mengangkat kepalanya lagi dan berdiri agak tegak di pembatas itu.

A tersenyum dan berkata “Ah itu suara kalian menuju ke sini, saatnya aku pergi. Terimakasih” Dalam video itu terlihat para gadis naik menuju loteng. Dan akhirnya video itu terhenti.


Bersambung...


Jangan lupa buka: Selingan Story

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Old Dreams Never Die

Chapter 3

Time of Lunar Eclipse