Bu Muslimah

Sore ini, ibu muda yang alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya. Sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab lebarnya, serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas maghrib.

Dengan jilbab putih yang lebar, jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru, serta kaus kaki berwarna krem, Muslimah menemui tamu suaminya itu yang bernama Naryo. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan, namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis. Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya, hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Naryo.

Sebetulnya Muslimah kurang menyukai laki-laki bernama Naryo itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat, sehingga dia lebih suka menghindar jika Naryo datang bertamu. Namun kali ini Muslimah harus menemuinya, karena Naryo ini adalah rekan suaminya. Terpaksa Muslimah bersikap ramah kepadanya. Memang tidak mungkin untuk menyuruh Naryo kembali ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini, karena jauhnya rumah tamu suaminya ini.

Akhirnya Muslimah mempersilahkan Naryo menunggu di ruang tamu, sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut. Sore ini suasana rumah Muslimah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang maghrib nanti. Di dapur, Muslimah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu. 

Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya, ketika tanpa disadarinya laki-laki tamu suaminya yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Muslimah. Muslimah terpekik kaget ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang. Wanita berjilbab lebar ini sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Naryo tamu suaminya yang tengah dibikinkan minuman olehnya. Muslimah berupaya meronta, namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini. Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Muslimah.

"Maaf, Mbak Muslimah. Mbak Muslimah begitu cantik dan menggairahkan. Aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak, atau belati ini akan merusak wajah ayu yang cantik ini,” desis Naryo membuat Muslimah tak berkutik. Kilatan belati yang dibawa Naryo membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Muslimah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan.

Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Naryo itu menyusup ke balik jilbab lebarnya, meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup jubah. Lantas salah satu tangan Naryo lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya. 

“Jangaan.. dik Naryo..” desah Muslimah dengan gemetaran.

Namun laki-laki ini tak perduli. Kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada, serta selangkangan wanita alim berusia 31 tahun ini. Muslimah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.

“Jangaan.. dik Naryo…. Sebentar lagi anak-anakku pulang..” desah Muslimah, masih dengan wajah ketakutan dan gelisah.

Naryo terpengaruh dengan kata-kata Muslimah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut. Dan memang, selama sering bertamu di rumah ini, Naryo mengetahui tak lama lagi kedua anak dari wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji. Laki-laki ini mengumpat pelan, sebelum kemudian Naryo berlutut di belakang Muslimah.

Muslimah menggigil dengan tubuh mengejang, ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya Naryo menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang.

Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang. Sementara Naryo justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya, begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat, kini ditelanjanginya.

Pertama kali Naryo melihat Muslimah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih keturunan ningrat ini. Walaupun sebenarnya Naryo juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Muslimah, wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun, wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Muslimah adalah istri temannya.

Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Naryo semakin terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini. Bahkan walaupun Muslimah memakai pakaian jubah panjang dan jilbab yang lebar, Naryo dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya, dan pantatnya yang bulat indah bahenol. 

Muka Muslimah merah padam ketika diliriknya, mata Naryo masih melotot melihat tubuh Muslimah yang setengah telanjang.

Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah ditarik turun oleh Naryo, sehingga wanita alim ini tidak lagi memakai celana dalam. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Naryo. Belahan pantat Muslimah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan.

“Mbak Muslimah.. Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat memekmu…” kata Naryo masih sambil jongkok seraya menahan birahinya karena melihat bagian kehormatan istri rekannya yang cantik ini. 

Wanita itu menyerah total. Ia merenggangkan kakinya.

Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya. Meski tak lebat namun terlihat rapi. Naryo kagum melihat kemaluan Muslimah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

“Jangaan.. diik.. hentikaaan… Anak-anakku sebentar lagi pulang,” pinta Muslimah dengan suara bergetar menahan malu.

Namun Naryo seolah tak mendengarnya. Justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat Muslimah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Muslimah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya.

“Oh dik, jajajangan?”

Dengan bernafsu, Naryo menguakkan bibir kemaluan Muslimah yang berwarna merah jambu dan lembab. 

Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 31 tahun ini tak kuasa menahan erangannya. “Oh yeah? Aaaagggh!”, ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya.

Dan menit-menit selanjutnya, Muslimah semakin mengerang berkelojotan oleh kenikmatan birahi ketika Naryo seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya Muslimah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh Mas Syamsul suaminya.

“Hmmm.. Memekmu enak, Mbak Muslimah,” kata Naryo sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini. Tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Muslimah sambil berbisik ke telinga ibu muda itu. “Mbak, saya entotin ya. Saya mau mbak merasakan hangatnya penisku”

“Aihhhh.. eungghhhh.. jangan.. ampun.” Muslimah mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar, panjang dan panas mulai menusuk kemaluannya melalui belakang. Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat, Muslimah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Naryo menghujamkan batang penisnya.

“Mmmfff.. oh oh. Enak juga ngentot sama Mbak.” Tanpa melepas baju ibu muda itu, Naryo menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang. Naryo sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah, menghentakan penis besarnya.

Muslimah dapat merasakan penis Naryo yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Old Dreams Never Die

Chapter 3

Time of Lunar Eclipse