Dunia Erscritson (AZI)



AZI
(MGMS/9.25.15570/2019)


Pagi ini, pagi yang cukup absurd bagi Shy. Sebab, dia baru saja melewati kejadian-kejadian di luar nalar. Pertama, dia bangun terlalu pagi karena waktu terhenti sementara. Kedua, dia tidak sengaja bertemu dengan target yang dicari, di saat yang tidak tepat pula. Ketiga, dan ini yang paling parah, dia bertemu dengan AZI. Shy sama sekali tidak pernah menyangka akan bertemu dengan AZI.
oOo
Sekarang, tepat 5 meter dari tempat Oreshy berpijak, berdiri tegak orang itu—AZI. AZI melangkah maju dengan santai menghapiri Shy. Dia menepuk pundak Shy seraya berkata “Tempat ini tidak cocok untuk latar pembicaraan. Mari kita pindah ke tempat lain.” Shy hanya diam dan tanpa sadar melotot. Mimik mukanya bingung, marah, dan sedikt takutbercampur aduk. “Ke tempat favoritmu,” AZI tersenyum sinis, berbisik di telinga Oreshy, “wahai tukang drama.
Saat itu juga keluar cahaya biru dari tangan AZI. Cahaya itu semakin cerah dan akhirnya membuat Oreshy, serta Cahyo silau. Cahyo? Ya cahyo. Dia ikut berpindah ke atas genting aula. Dia berpindah karena memegang baju Oreshy—untuk bertanya kepadanya. Kembali ke AZI, akhirnya cahaya itu pudar setelah bersinar terang selama beberapa detik. Sekarang mereka berada parkiran mobil yang ada di atas mall.
Melihat Oreshy yang masih mematung seperti orang bodoh, AZI langsung mengarahkan tangannya ke muka Oreshy. Dia membuka telapak tangannya dan berkata dengan intonasi tinggi “Sekalian kau tidur saja, tolol‼” Dalam sekejap Oreshy tumbang tidak sadarkan diri. Cahyo kaget melihatnya, dia langsung ketakutan dan melangkah mundur menjauh dari AZI. Dia terus melangkah mundur sampai tidak sadar kalau dirinya sudah diujung—tembok pembatas. Beberapa meter dari sana, terlihat AZI yang tiba-tiba saja menoleh ke arahnya.
“Mati aku,” gunam Cahyo—panik
“Hey nak!” kata AZI dengan intonasi yang lebih baik dari tadi. “Tidak perlu takut, aku tidak akan menyakitimu, aku hanya sebal dengan gadis ini,” kata AZI ramah.
“Gadis?” Cahyo memiringkan kepalanya sedikit—bingung
“Menurutmu mau disebut apa lagi? Seseorang dengan rambut kuncir kuda memakai topi hijau dengan berseragam seperti tentara lengkap dengan sepatu boots. Dilihat dari badannya bukannya sudah jelas dia ini perempuan?” jelas AZI sedikit menyombong
Cahyo yang baru saja menyadari hal itu menggangguk. Dia sama sekali tidak berpikir kalau itu Oreshy yang masuk ke mode missing. Oreshy sendiri tidak tahu kalau dia menjadi seorang gadis saat masuk ke mode missing. Dia bahkan tidak tahu kapan saat pembentukan karakter pengguna di mode missing (baca Dunia Erscritson). Ditambah saat mode missing, pengguna akan melihat dirinya sendiri saat bercermin, bukan karakter yang telah dibuatnya. Sekarang, karakter yang terprogram pada mode missing Oreshy adalah salah satu temannya yang melihat dia jatuh dari gedung (Diriku 1).
“Kau boleh pergi Nak,” kata AZI datar. “Waktu tidak terhenti sekarang. Kau harus segera kembali. Akan kukirim kau ke lapangan, sebelum para warga sekolah menyari kejadian pagi ini,” jelasnya
“Lalu Kakak itu?”
“Jangan pedulikan dia,” jawab AZI datar
“Tapi….” Kata Cahyo kasihan
Suasana lenggang sejenak. Menyisakan suara angin semilir dan beberapa suara mesin mobil yang lalu lalang di parkiran di bawah mereka. Selang beberapa detik setelah itu, terdengar suara tawa samar-samar. Itu adalah suara AZI, dia tertawa kecil dan memberi applause. “Selamat nak, selamat” AZI Tertawa lebar.
Sekarang Cahyo sedikit takut, melihat AZI yang tertawa lebar persis seperti psikopat yang mendapatkan mangsanya. Walau begitu dia memberanikan diri bertanya “Kenapa Kak?”
“Aku berubah pikiran,” AZI menepuk dahi. “Kau harus di sini, dengarkan ceritaku. Kalau tidak kau akan kubuat pingsan juga sama seperti dia,” jari AZI menunjuk ke arah Oreshy. “Oh ya, ceritaku ini ada hubungannya dengan gadis itu.” AZI terkekeh.
Cahyo menelan ludah. Dia semakin bingung sekaligus penasarn apa yang sebenarnya terjadi. Cahyo akhirnya mengangguk ke arah AZI. Dia khawatir akan dihajar kalau tidak menurut. Lagi pula, mungkin dia bisa tahu informasi dari AZI.
"Bagus” AZI masih terkekeh. “Sekarang akan kubawa dirimu ke masa lalu. Masa di mana aku dan Oreshy masih berada dalam satu tubuh” Jelas AZI.
Jelas sekali sekarang Cahyo merasa ada yang janggal. “Satu tubuh? Orang ini dengan Kak Shy?” Kata Cahyo dalam hati. Belum sempat Cahyo bertanya lagi, AZI sudah menjentikan jarinya. Sekarang mereka sudah berpindah tempat.
oOo
AZI dan Cahyo sekarang berada di depan rumah seseorang. Rumah itu tidak terlalu besar. Pagarnya sudah tua dan dihiasi oleh tanaman-tanaman rambat. Halamannya juga sederhana sekali. Beberapa meter dari pagar, terdapat pintu garasi yang terbuat dari kayu. Terlihat tua, dan ada beberapa lubang karena dimakan rayap. Pintu masuk rumah itu ada di samping kiri pintu garasi. Atap rumah itu tidak terlihat baik. Gentingnya miring tidak lurus dengan genting satu dan yang lain.
“Ini adalah dimensi lain yang kubuat. Ngomong-ngomong, walau ini demensi lain, kubuat ini seperti duniamu” jelas AZI, dia tahu Cahyo akan bertanya. “Oh ya Nak, kamu orang asli Dunia Erscritson?” Tanya AZI. Cahyo hanya diam tidak mengerti. “Oh, ternyata anak ini salah satu tiruan dari dunia nyata. Hebat juga Besi hidup itu membuatnya. Pantas saja Ashrahi mau menurutinya waktu itu. Besi itu pasti menunjukan sesuatu yang hebat padanya,” Kata AZI dalam hati. “Lupakan! Oke, akan kumulai ceritanya,” kata AZI melihat ke arah Cahyo.
Hmmm...” AZI berdehem, mulai berpikir, “kumulai dari mana ya?” gunam AZI. “Ah, pertama-tama perkenalkan namaku AZI.” Dia menjabat tangan Cahyo. Cahyo hanya tersenyum tipis menerima jabat tangan AZI. ”Sebenarnya itu hanya sebutan saja yang dibuat oleh Ash…, oh maksudku Oreshy, karena aku sendiri tidak punya nama” Jelas AZI
AZI melangkah menjauh dari Cahyo dan membuka pagar rumah itu. Dia menoleh ke arah Cahyo, seakan memberi isyarat untuk mengikutinya. Mereka berdua pun masuk ke halaman rumah itu. Saat AZI melangkah maju menuju pintu masuk rumah, terdengar suara lirih Cahyo
“Kak, apa tidak apa kita masuk ke rumah ini? Ini Rumah Kakak kah?”
AZI menoleh dan menjawab “Semua yang ada di sini adalah punyaku, Nak. Sudah kubilang ini adalah dimensi yang kubuat. Yah… mungkin bisa dibilang dunia ini rumahku,” AZI membuka daun pintu. “Ayo masuk, kujelaskan di dalam,” AZI mempersilakan.
Dengan ragu-ragu Cahyo masuk ke dalam rumah itu. Sesampainya di dalam, dia melihat beberapa sofa di sana. Dua sofa kecil untuk satu orang dan satu sofa yang lebih panjang dari sofa pertama. Di depan sofa panjang ada meja yang tingginya setengah dari sofa-sofa itu. Selebihnya ada barang-barang lain di sana. Seperti radio tua besar yang menyatu dengan lemari, beberapa pigura, lemari pakaian di sudut ruangan, meja dengan vas bunga diatasnya, dan kalender di dinding.
“Duduklah semaumu, tidak ada orang di sini, kau boleh berbaring di Sofa panjang itu kalau mau.
“Oh, terimakasih Kak, aku duduk di sofa kecil ini saja”
“Kalau begitu, aku yang bebaring di sofa, ya” AZI melambaikan tangan
AZI benar-benar bebaring di sana. Kakinya pun melebihi panjang sofa. Cahyo yang merasa aneh dengan sikap AZI, melangkah masuk dan duduk di sofa lainnya.
“Oke, aku akan mulai mendongeng,” AZI terkekeh. AZI mendongak melihat langit-langit ruangan. “Sebelum kita memasuki hal-hal yang rumit dan di luar nalar, akan perkenalkan diriku lebih dalam. Aku sebenarnya bukan manusia, Nak,” AZI memulai ceritanya.
Bibir Cahyo mulai bergerak tanpa suara, dia ingin menimpali kalimat AZI barusan.
Eeeits, jangan tanya apa pun saat aku bercerita.” tatapannya mengarah ke Cahyo. “Ini duniaku, Nak. aku bisa tau kau mau bilang A atau B. Ditambah aku juga mempelajari cara Oreshy memperkirakan gerak-gerik orang saat dia merekam video untuk ditonton teman-temannya sebagai pesan terakhir, ah konyol sekali.
Cahyo kaget mendengarnya, salah tingkah dan kemudian perlahan mengangguk.
Sementara itu, AZI kembali mendongak dan berkata, “Oh ya, jangan panggil aku Kak, aku sedikit terganggu mendengar kata itu. Iya aku tau kau cuma mau bersikap sopan, tapi aku merasa itu adalah hal yang konyolCringe. Panggil saja aku AZI
“Ok lanjut, aku sebenarnya hanya sebuah sifat. Sifat atau emosi yang ada di dalam diri Ashrahi. Jangan tanya siapa dia, nanti kamu akan tau. Jadi, saat Ashrahi sangat marah dan emosinya meluap-luap, ekspresi wajahnya malah tidak seperti orang kebanyakan. Dia malah tersenyum seperti orang gila dan siap untuk menghajar semua yang ada dihadapannya. Dia bisa kembali tenang jika ada yang menghentikannya. Dari sanalah dia mulai menamai sifat itu dengan sebutan AZI.
“Saat dia marah, hampir tidak ada yang peduli dengannya. Hanya segelintir orang, yang peduli. Walau begitu, orang-orang tidak berani mendekat, mereka hanya berusaha bicara dari jarak yang menurut mereka aman. Kurasa mereka takut juga ikut dihajar.
“Sebagai catatan, saat dia begitu, hmmm maksudku saat dia berada di tingkat paling atas kemarahannya, dia tidak terkendali. Di dalam pikirannya hanya ada rasa senang untuk melakukan semua nafsunya. Entah itu memukul, berkata kasar. Dia pun tidak merasa takut sama sekali. Dia bahkan tidak tahu apa yang terjadi setelah dia tenang.
“Namun aku tidak terbentuk atas sifat itu saja. Saat Ashrahi berusaha mengelak dari omelan seseorang dia membual sana-sini dan mencari-cari sesuatu yang masuk akal agar dirinya aman dari hukuman. Dan lucunya, dia menyesali hal itu beberapa jam setelahnya.
“Ada beberapa peristiwa waktu itu yang mungkin membuatku ada. Contohnya saat Ashrahi seenaknya memarahi teman-temannya. Sebenarnya sih tidak marah. Dia hanya bilang sesuatu yang menusuk hati mereka. Lagi-lagi dia menyesalinya.
“Pernah suatu ketika dia punya pemahaman yang bodoh sampai ke tulang. Kala itu, dia sedang duduk di lantai depan dapur sekolah. Kurasa aku tidak perlu cerita, bagaimana dapur itu. sebab sekolah Ashrahi sama dengan sekolahmu. Kembali ke Ashrahi, dia dan temannya, Stevanus baru saja dari toilet. Mereka baru saja berganti seragam. Tiba-tiba saja dari kejauhan terlihat Fad, salah satu temannya. Kemudian Stevanus menyarankan untuk menyapa Fad. Nah, ini ketololan si Ashrahi. Bukannya memanggil nama Fad, dia malah berteriak ‘SENGGEK’. Gengsinya terlalu tinggi untuk sekedar bilang ‘hai’ atau ‘halo’. Dia pun berusaha melakukannya setiap hari. Sampai pada akhirnya dia menyesal telah berkata itu kep.” AZI berhenti di ujung kalimat, dia memegang perutnya, tidak kuat menahan tawa saat menceritakan hal itu ke Cahyo.
Cahyo akhirnya menoleh ke arah AZI. Dari tadi dia hanya melihat-lihat benda yang ada di rumah itu—sambil mendengar cerita AZI. Dia tidak mengerti, apanya yang lucu dari cerita itu. “Oke oke Maaf, aku selalu tertawa mengingatnya.” jelas AZI kepada Cahyo. Dengan menyisakan tawa, AZI melanjutkan ceritanya. “Menurutku itu lucu saja. Coba pikir, kenapa ada saja orang yang selalu menyesali perbuatannya. Di situlah lucunya, Nak. Lucunya lagi, setelah menyesal, dia melakukan hal yang serupa lagi, dan kau tahu? Dia sering didatangi jelmaan Fad di mimpinya, dan dia tersiksa karena itu (baca diriku 3).
“Seiring berjalannya waktu, penyesalan itu menumpuk. Dia semakin depresi dan pada akhirnya dia memiliki dua kepribadian yaitu aku, AZI. Ashrahi merasa aku telah mengganggu kehidupannya. Padahal dia sendiri yang membuatku ada. Saat depresinya memuncak, dia mencari tempat sepi. Dan saat itulah robot aneh yang bernama BYZYX datang kepadanya.
“BYZYX bercerita tentang dirinya dan berusaha membatu Ashrahi. Dia memberikan jam tangan yang bisa membuat seseorang berpindah ke dunia yang lebih baik, yaitu dunia Erscritson. Dunia dimana tempat bagi orang-orang yang ingin pergi dari depresinya. BYZYX juga berjanji akan membuat Ashrahi berpisah dengan sifat yang mengganggunya alias aku. Maka dari itu aku dan Ashrahi memiliki tubuh sendiri-sendiri sekarang.
Apa yang terjadi saat seseorang masuk ke dunia Erscritson? Jadi orang-orang ini akan berubah menjadi orang lain dan memiliki kehidupan lebih baik. Karena aku sebenarnya bukan manusia, aku hanya diberi kekuatan waktu dan dimensi. Dengan kekuatan itulah aku membuat dimensi ini. Dan Tidak semua orang yang ada di dunia Erscritson adalah pindahan dari dunia nyata, beberapa adalah tiruan dari dunia nyata. Salah satunya kau Cahyo!”
“Aku? Bagaimana bisa? Aku lahir di sini dan besar di sini, aku tidak merasa baru saja dibuat” tanya Cahyo menoleh ke AZI
“Sudah kubilang kau itu tiruan. Alasan kenapa kamu tidak tahu, karena anak bernama Cahyo ada di dunia nyata dan BYZYX membuat tiruannnya yaitu kau.”
Mendengar hal itu, Cahyo langsung melihat kedua belah tangannya. Dia masih tidak mengerti apa maksud AZI. Melihat raut muka Cahyo yang kikuk, AZI memperbaiki posisinya. Dia bangun, dan duduk menepi dari sofa. Kemudian dia menoleh ke Cahyo memberi isyarat agar Cahyo duduk di sampingnya. Cahyo pun menurut, dia bangun dari sofa itu dan berpindah, duduk di sebelah AZI.
“Oh ya, aku lupa. Aku tadi bilang akan membawamu ke masa lalu. Harusnya dari tadi kukirim kau ke sana setelah aku memperkenalkan diriku. Agar aku tidak perlu bercerita panjang lebar” AZI terkekeh, sambil menggeleng.
“Masa lalu?” Cahyo menoleh ke AZI sambil me alisnya
Ya masa lalu. Masa dimana Ashrahi memulai perjalanannya dari delusinya menuju ke sini,” jawab AZI sambil menggaruk telinganya
“Delusi? Apa itu?” tanya cahyo ragu-ragu. Dia tau telah banyak tanya
“Kukira kau tau, Baiklah akan kujelaskan sesingkat yang aku bisa. Delusi adalah paham atau keyakinan seseorang yang salah dan bertentangan dengan kenyataan. Jika kau sadar, Ashrahi mengalami delusi karena perbuatan dan penyesalannya itu. Dia berpikir kalau dirinya ‘sangat’ dibenci oleh beberapa temannya. Contohnya Fad yang kuceritakan tadi dan teman lainnya yaitu Diah”
“Diah?” tanya Cahyo sedikit tertawa takut.
“Keparat!!!” AZI mendengus, “Baiklah akan kuceritakan siapa dia. Sepertinya kau penasaran sekali Nak” AZI menatap Cahyo, “Padahal aku hanya ingin menjelaskan secara singkat apa itu delusi lalu mengirimmu ke masa lalu agar kau melihatnya sendiri, seperti melihat film. Tapi kau memaksaku bercerita
Cahyo tersenyum tipis, dia mulai takut
Diah adalah salah satu teman Ashrahi. Dia perempuan berkerudung dan tingkahnya sedikit Cringe menurutku. Diah adalah salah satu bagian dari delusi Ashrahi. Suatu ketika, Arshahi benar-benar terpukul. Dia diceramahi oleh Mahri—Sahabat Fad—karena perbuatannya. Ashrahi terpaksa mengubur perasaannya ke Fad karena hal itu. Beberapa minggu kemudian Ashrahi menanamkan paham kepada dirinya sendiri. Dia membuat dirinya berpikir, bahwa dia memiliki perasaan ke Diah. Entah apa yang ada dipikirannya sampai-sampai dia melakukan itu. Jadi jika kau tanya rasa itu asli atau tidak. Kurasa tidak, itu hanya Delusi belaka.
Seperti yang kubilang sebelumnya, Ashrahi selalu mengulangi lagi perbuatannya. Lagi-lagi dia bicara seenaknya, dan sekarang kepada Diah. Kita pun bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Ashrahi menyesal dan sedikit canggung saat bicara kepada Diah beberapa hari setelahnya.”
Ciiiuuh!! AZI meludah kemudian membersihkan sisa ludahnya dengan tangannya. “Sudah Nak, aku tidak kuat melanjutkan ceritanya. Cerita selanjutnya terlalu Cringe bagiku. Bisa-bisa aku muntah saat aku bercerita. Tanpa perlu bacot lagi aku akan mengirimmu ke masa lalu” jelas AZI sedikit mual.
AZI pun berdiri dan melangkah ke depan Cahyo yang masih duduk. Cahyo pun mendongak melihat AZI yang tinggi. Perlagan AZI menutup mata Cahyo dengan telapak tangannya. AZI pun tersenyum dan berkta “Berusahalah untuk menikmati ‘film’-nya Nak!!”
Cahaya biru kembali muncul dari tangan AZI. Dalam sekejap Cahyo tertidur pulas. Sekarang pikirannya telah berada di masa lalu Ashrahi.
Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Old Dreams Never Die

Chapter 3

Time of Lunar Eclipse