Dunia Erscritson
Oreshy
Fedly
(MGMS/81715570/2017)
Sore ini, seperti hari-hari sebelumnya. Oreshy pulang sekolah
jalan kaki. Dia melewati jalan tikus agar lebih cepat sampai. Jalan itu tidak
terlau sempit maupun lebar. Setidaknya cukup walaupun badanmu sebesar gaban.
Oreshy adalah seorang pelajar Sekolah Menengah
Pertama—yang seharusnya sudah SMA, sebab sekarang umurnya menginjak 16 tahun.
Dia memiliki tinggi sekitar 174 cm. Memiliki “mata
empat” serta rambut
emo. Tubuhnya terlihat biasa saja.
Tapi jangan salah, dia termasuk orang yang kurus. Terlihat saat ia memakai baju
renang.
Oreshy berjalan sambil memikirkan sesuatu. Dia melamun
sampai tidak sadar ada orang yang hampir menabraknya. Orang itu berusia sekitar 35
tahun. Terlihat dari kumis dan jenggotnya yang menyatu. Dia memakai Jas berwarna
coklat muda dan setelan pakaian rapi lainnya. “Eh, maaf, Pak!!” reaksi Oreshy.
“Oh, sans” jawab orang tersebut. Suasana hening
sejenak.
“Ya sudah, Pak, mari” sapa Oreshy sambil tersenyum
“Eh, tunggu, dek. Kamu punya bolpen?” tanya pria itu, menepuk bahu
Oreshy.
“Oh, iya. Punya” sahut Oreshy. Dia memberikan bolpennya, “Ini, Pak.”
Pria itu mengambil catatan kecilnya dan mulai menulis.
Dia mengangkat pandangannya dari catatan itu dan bertanya, “Namamu siapa, dek?”
Oreshy menjawab “Oreshy Fedly, panggil saja Shy.” Dia tidak
merasa curiga saat ditanya namanya.
Pria itu tersenyum dan mengembalikan bolpennya kepada
Shy seraya berkata, “OK Shy, ini bolpennya, terimakasih ya.”
Spontan Shy menjawab “Kembali”. Pria itu tersenyum dan
pergi ke arah yang berlawanan dengan Shy.
'''
Sesampainya di rumah, Shy masuk ke kamar dan memulai
rutinitasnya. Dia membuka laptop dan mulai streaming. Sambil menunggu loading
program, dia ganti baju dan menyiapkan kameranya. Setelah semuanya sudah siap, perekaman pun dimulai.
Setelah menyelesaikan beberapa permainan. Shy
dikejutkan dengan donatur misterius. Matanya melotot seakan tidak percaya.
“GHOS COP? Aku tidak pernah mendengar nama ini . Kalau Oplet tua mungkin saja,
tapi nama ini benar-benar asing.” reaksinya. Setelah beberapa detik terdiam, ia
berbicara kepada dirinya sendiri, “Masa bodolah, ada rejeki kok bingung,” ya
begitulah pikirnya.
'''
Malamnya, Shy mulai membongkar tasnya. Sudah menjadi
kebiasan, ia lebih mementingkan hobi
daripada sekolah. Sekedar info, Shy adalah seoang Streamer. Setiap hari, dia melakukan live di sebuah
aplikasi streamer. Dia melakukan itu untuk menghidupi dirinya—sebab ia
hidup sendiri. Satu-satunya alasan mengapa dia hidup sendiri adalah karena dia
tidak berasal dari dunia ini.
Kembali ke Shy, sekarang dia menuju kursinya dan mulai
membuka buku-bukunya. Seharusnya dia mengerjakan PR, alih-alih melamun.
“Huft…”,dia menghela nafas
“Kok gini-gini aja ya,” lagi-lagi ia berbicara sendiri. Dia menunduk dengan kepala diantara kedua lengannya yang ditumpuk di atas kedua lutut yang ditekuk.
“Emang bener sih aku berhasil ke sini, dan bisa hidup
bebas. Tapi, ya, masa ga ada seru-serunya sih. Ada masalah apa kek gitu”
lanjutnya, menoleh ke buku-buku yang ada di
sampingnya
“Yah sudahlah saatnya…“ Belum selesai dia bicara,
seketika lampu kamarnya mati.
Shy pun tidak
bisa berkomentar karena dia mendengar sesuatu yang sangat tidak masuk akal.
Bagaimana tidak? Setelah lampu kamarnya mati, terdengar suara menyerupai radio yang siarannya tidak jelas dari dalam tasnya.
Tanpa pikir
panjang, Oreshy langsung membuka dan membalik tasnya sehingga semua isinya keluar. Setelah itu, dia melihat ada seberkas
cahaya biru yang keluar dari bolpennya. Shy terdiam sejenak dan melemparkan
bolpen itu. Bolpen itu menghantam tembok dan membuat retakan
seketika. Retakkan itu lumayan besar, sekitar dua kali tiga meter. Selain itu,
terdapat cahaya biru di sekitarnya. Bolpen itu menempel sepersekian detik dan
akhirnya jatuh di sudut ruangan. Retakkan tadi hilang dan suara radio itu
pun terhenti. Akhirnya dia tau apa yang terjadi.
“Oi B!!”,teriaknya. “Ngapain kamu di sini?” Shy
mengira itu adalah BYZYX.
Ternyata tebakannya salah. Itu bukan B. Bolpen itu
memang tidak mengeluarkan suara lagi. Namun, Oreshi masih tidak
bisa berkata satu kata pun. Bolpen itu pecah dan keluar benda
kecil di sekiar pecahannya. Benda itu seperti manik-manik. Dengan rasa penasaran
yang masih mengganjal di kepala, ia melangkah
ke sudut ruangan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Baru selangkah dia bergerak, manik-manik itu melayang
kira-kira 1.5 meter dari lantai. Kemudian berubah menjadi semacam
hologram berbentuk papan dan
menampilkan sebuah tulisan. Shy yang sudah mulai muak dengan keanehan ini, melangkah
ke sana dan membaca tulisan itu.
Hai
nak, perkenalkan namaku Nado. Kalau pesan ini muncul berarti ada yang telah
membantuku, dan aku dalam keadaan terdesak. Kuucapkan terimakasih. Sebagai
imbalan aku telah memberimu sedikit uang. Nah nak, apakah kau ingin membantuku
sekali lagi? Jika iya klik tombol di bawah pesan ini.
“Nah, ini yang kucari” katanya kepada dirinya sendiri
Tanpa pikir panjang dia langsung menekan tombol itu. Hologram pun berubah menjadi
sebuah kaleng dengan tinggi 9 cm dan diameter 4 cm. Kaleng itu seperti kaca, berwarna
biru menyala. Terpancar cahaya yang sama seperti tadi. Kemudian Kaleng itu
mengeluarkan hologram yang sama. Tertulis pesan yang panjang di sana .
Shy menyipitkan matanya dan berkata, “bla bla bla bla, ah panjang amat sih” dia tetap membaca dengan
cepat dan berkomentar,“Ya, jadi aku harus menyelesaikan misi. Dih gitu aja
panjang amat”
Shy menempelkan telapak tangan di dagunya seraya
berkata, “Hmmm... setelah ini aku harus membanting kaleng ini, ya.” Dia
pun membanting keleng itu—yang sebenarnya tidak sesuai prosedur. Secara
perlahan kaleng itu berubah menjadi semacam
bola-cahaya dan membentuk
sebuah senjata.
“Oh, sip lah, M416,” respon Oreshy
Kemudian muncul
tulisan ‘karakter’ di depannya. Namun, belum sempat dirinya berkomentar, tulisan tersebut
hilang. Shy menggangkat kedua bahunya, tanpa memperdulikan tulisan tadi.
Setelah itu muncul banyak layar hologram di sekitarnya. Kebiasaaan buruknya kambuh lagi.
Tanpa pikir dua kali, Shy langsung menekan tombol misi yang ada di atas dahinya.
Semua hologram di sekitarnya pun hilang dan terdengar
suara “bot”—semacam
suara yang menyerupai program komputer—disertai sebingkai gambar
seseorang. “Tangkap orang ini,”
suara AI alias “bot”. “Silakan masukan metode pembayaran.”
Mendengar hal itu, Oreshy
menjadi bingung. Dia pun memutuskan
untuk membaca prosedur itu kembali.
Setelah beberapa jam membaca akhirnya Shy paham beberapa
hal. Satu, waktu akan berhenti
saat masuk ke mode Missing (mode di mana pengguna mengaktifkan senjata),
kecuali pengguna bertemu target yang berhubungan dengan misi. Dua, untuk keluar dari mode missing
ada dua cara. Cara pertama dengan
menekan tombol off di bagian pegangan
senjata. Dan, kedua, selesaikan misi, maka mode akan otomatis mati. Tiga, masukan metode pembayaran di
pengaturan agar GHOS COP bisa
mengirim reward misi. Empat, misi yang
terbentuk sesuai dengan keahlian atau hobi. Lima, orang lain akan
melihat pengguna sesuai karakter yang sudah dibuat. Enam, map akan otomastis muncul ketika target
terdeteksi. Tujuh, (CM) Compact
Machine bisa digunakan untuk teleportasi. Lemparkan CM (Kaleng itu) minimal 3
meter, maka pengguna akan otomais berpindah tempat—waktu juga ikut terhenti
saat teleportasi—seperti mode Missing. Dan beberapa hal penting lainnya.
“Hmmmm… jadi gitu toh” kata Oreshy.“Hwaaah rhumyt
jhugha yaaaaa” katanya sambil menguap. “Ya udahlah. Mending
aku tidur” kata oreshy sambil menekan tombol off di M416.
Oreshy meletakan kaleng itu di meja belajarnya. Tak
kuat menahan kantuk, dia pun langsung berbaring di ranjangnya.
Dia bahkan lupa kalau ada tugas yang belum selesai. Ditambah buku-buku serta
isi tasnya masih berserakan di kasur.
'''
Keesokan harinya Oreshy bangun seperti biasa. Dia
membereskan semua “kekacauan” kemarin dan mulai bersiap-siap berangkat sekolah.
Setelah semuanya siap, dia memasukan CM ke dalam tasnya
dan keluar rumah. Saat membuka pintu, dia merasa ada yang janggal.
“Tunggu dulu.” Shy mendongak ke langit.“Ini kan, masih
fajar,” gunamnya.
Mengetahui hal itu, Shy langsung masuk ke rumah dan mengerjakan beberapa
tugas. Saat mulai mengerjakan, dia akhirnya paham apa
yang sedang terjadi. “Oh, iya. Kan waktunya berhenti, pantes kok masih pagi,”
katanya pada diri sendiri.
Beberapa jam
kemudian, tepatnya
jam 6 pagi, tugasnya selesai. Dia pun keluar dari rumah dengan
membawa tas slempang berwarna hitam gelap. Shy
berjalan menuju jalan raya dan
menunggu angkutan kota. Setelah
beberapa menit, angkot tersebut datang. Dia pun naik dan memilih tempat paling
belakang.
'''
Angkot yang ditumpanginya tidak terlalu ramai. Hanya ada tiga orang
termasuk dirinya. Seorang pemuda yang kira-kira lima tahun lebih tua darinya, duduk
tepat di dekat pintu. Satunya tentu saja sang supir
angkot.
Beberapa menit
berlalu dan angkutan umum itu berhenti di daerah pasar. Seseorang pun masuk ke
dalam. Tampangnya sangar, gaya dan pakaiannya persis preman. Orang itu duduk
tepat di sebelah Oreshy. Shy tidak terlalu memperdulikan
orang itu. Dia hanya membuka
jendela dan meletakkan lengannya keluar untuk
melihat suasana pasar.
'
Beberapa menit kemudian Shy telah sampai di tujuan.
Dia turun di depan perpustakaan umum. Kemudian membayar dengan uang pas dan berjalan menuju sekolah.
Sepintas Oreshy melihat seorang gadis tergesa-gesa masuk ke dalam angkot
yang tadi. Dia pun spontan melihat jam tangannya yang menunjukan
pukul 06.40.
“Wanjir,” katanya,“tinggal lima menit lagi nih, bel.
Sial!!” Shy berseru.
Shy langsung berlari dan tanpa sadar tasnya terbuka. Compact
Machine terjatuh dan langsung masuk ke dalam mode missing. Dia menyadarinya dan dengan cekatan mengambil M416 untuk menekan tombol off.
Baru saja dia ingin menekan tombol, terlihat indikator target.
“Walah…
kok pas kayak gini, sih munculnya,” Oreshy beseru sebal.“Ya udahlah,
kuselesain aja.”
Dalam map
terlihat bahwa target
bergerak menuju jalan raya. Shy teringat gadis yang tergesa-gesa tadi. Oreshy
berlari ke angkutan umum itu sebelum pergi menjauh. Dia mengangkat M416 dan mulai
membidik. Dengan cepat ia menarik pelatuk dan “bzzzt”—terdengar
suara radio rusak itu lagi. Target pun lenyap, menjadi
debu
pixel. Para penumpang angkot sontak kaget melihat
kejadian itu. Sementara sang supir
angkot spontan melihat ke arah penumpang, “Lah ora ana sing munggah tho?”
Belum sepatah kata pun keluar dari mulut para
penumpang, Shy sudah berlari menjauh menuju sekolah
Sesampainya di gerbang sekolah, nafasnya tersengal.
Badannya membungkuk dan melihat ke arah tanah, lelah. Dia pun mulai mendongak
dan melihat ke depan. Terlihat gerbang sekolah yang sudah ditutup. Tak lama
kemudian seseorang menghampirinya.
“Maaf Kak, sampeyan udah terlambat. Bisa minta “Bupeng”-nya?”
Kata anak itu ramah sambil menjulurkan tangan. Dia adalah Cahyo, adik kelas Shy.
Cahyo adalah salah satu pengurus OSIS, dan hari ini gilirannya piket gerbang.
Shy tersenyum kecut ke Cahyo, lalu
membuka tas slempangnya. Dia meraba-raba ke dalam tas. Bukannya mengambil buku pemghubung, dia
malah mengambil CM—terpikirkan sebuah rencana.
“Sebentar ya, dek,” kata
Shy sambil mengangkat telapak tangannya, tersenyum kepada Chyo.
“Oh, iya Kak,”jawab Cahyo. Dia anak yang penyabar.
Shy memberikan “Bupeng”-nya ke Cahyo, dengan tangan kanannya. Cahyo pun
menerimanya tanpa rasa curiga sedikit
pun—kalau dipikir-pikir apa yang
mencurigakan? Cahyo mulai membuka buku itu.
Ada sekitar lima detik dia fokus ke Buku Penghubung. Di saat itulah, Shy dengan lihainya mengambil CM
dengan tangan kiri, lalu melemparkannya ke arah lapangan. Cahyo
yang masih sibuk membuka buku Oreshy tidak menyadari hal itu.
Compact Machine tidak melayang jauh. Hanya berada di
udara sepersekian detik dan akhirnya mendarat di atas genting Aula. Shy yang tidak
mengetahui hal itu, langsung berpindah ke atas genting Aula. Dia terkejut ketika sampai di atas sana.
“WADUH!!” kata Shy menepuk dahi. “Ya
udahlah, kulempar….”
Shy terdiam melihat seseorang di depannya. “Kau…”
kata Shy sambil menunjuk orang itu, tidak percaya.
“Oh, kau pasti bingung ya?” Dia terkekeh. Dia
memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Selang beberapa detik, dia
bicara lagi “Kamu tidak mau belajar, sih” Dia mengangkat kepalanya sedikit,
merendahkan Oreshy. “Kau harusnya bersyukur. Kau sudah diberi hidup enak dan
terbebas dari semua masalahmu di kehidupan sebelumnya. Tapi kamu malah
menginginkan yang lebih, yang lebih seru.”
Shy menelan ludah “Dari mana kau tahu?!” Kata Shy kepadanya.
Orang itu menggaruk telinganya lalu berkata “Kau kira
aku tidak bisa lihat apa yang kamu lihat? Seharusnya kamu belajar dunia
Erscritson lebih dalam”
Hah,
Makhluk ini bisa liat apa yang kuliat, yang bener aja. Aku harus cari BYZYX
setelah semua ini kata
Shy dalam hati.
“Dan biar kuberitahu, tanpa sadar kamu telah menjadi
anggota GHOS COP. Percayalah Shy,
ketidakpuasan akan menggerogoti dirimu sampai kau kehilangan semuanya.”
Lanjut orang itu.
Shy masih terdiam. Dirinya tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Setelah sekian lama, dia melihat orang itu lagi. Orang yang membuatnya harus pergi ke dunia ini—dunia Erscritson. Namanya adalah AZI, bagian hidup Oreshy yang sangat dia benci dan ingin dia lupakan. ....
Komentar
Posting Komentar